Dalam rangka meningkatkan minat santri menghafal Al-Qur'an, pimpinan Dayah Darul Aman Lubuk Sukon, Aceh Besar Tgk. H. Muhammad terus berupaya melakukan terobosan penting guna tercapainya santri dayah yang ahli menghafal Al-Qur'an disamping ahli bidang fiqh, nahwu, saraf dan tauhid tasawuf.
Sejak tahun 2012 lalu, pimpinan Dayah Darul Aman yang juga ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Aceh Besar ini telah menerapkan beberapa peraturan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur'an bagi santri di dayah yang di pimpinnya itu.
Beberapa peraturan diantaranya yakni mewajibkan santri membaca Al-Qur'an secara berjamaah setelah shalat subuh berjamaah. Metode yang diterapkan adalah membaca tartil secara berkesinambungan yang dipimpin oleh imam shalat subuh, dan diakhiri hingga mata hari nampak terang (berkisar 30-40 menit setelah shalat subuh).
Selain itu, santri juga diwajibkan membaca surat Al-Waqiah selepas shalat asar secara berjamaah pula. Surat ini di baca mengantikan wirid (zikir) yang biasanya dibaca setelah shalat.
Dalam pidato singkatnya beberapa waktu lalu, Abu Muhammad (panggilan santri kepadanya) mengungkapkan bahwa, semua aktifitas belajar dan membaca Al-Qur'an yang diterapkannya di dayah adalah berguna untuk mengubah wajah dan pandangan masyarakat selama ini terhadap dayah yang terkesan bahwa santri dayah hanya mampu membaca kitab kuning namun lalai dalam belajar Al-Qur'an.
Ia menambahkan bahwa santri harus hafiz dan paham betul cara membaca Al-Qur'an sesuai kaidah ilmu tajwid. Mengingat, santri yang nantinya berperan dalam kehidupan masyarakat tidak hanya dituntut menguasai hukum agama, namun kebagusan membaca dan menghafal Al-Qur'an menjadi tantangan bagi santri itu sendiri.
"Saya juga tidak ingin orang-orang yang selama ini banyak menghafal Al-Qur'an namun tidak belajar hukum syariah atau ilmu wajib lainnya menjadi dominan dan menguasai peranan keagamaan di dalam masyarakat, karena mampu menghafal Al-Qur'an saja belum memadai untuk memberikan dakwah atau menjadi imam bagi masyarakat. Antara menghafal Al-Qur'an dan paham hukum syariah adalah harus beriringan", ungkap Abu.
Selanjutnya, sejak Januari 2015 lalu Dayah Darul Aman juga memiliki beberapa santri lulusan sekolah tahfiz yang melanjutkan pendidikannya di dayah darul aman. Salah satunya adalah Mohammad Abdul Hadi bin Zulkepli. Santri asal Kedah, Malaysia yang merupakan hafiz 30 juz lulusan sebuah pondok tahfiz di Alor Setar, Kedah. Ia secara khusus melanjutkan pendidikannya di dayah guna menambah pengetahuan hukum islam yang lebih.
Dalam beberapa waktu dekat, dayah akan terus memberdayakan santri-santri yang bergelar hafiz untuk mendidik dan mengajarkan santri lainnya dalam menghafal Al-Qur'an. Hal ini guna tercapainya visi-misi dayah yang bertujuan menghasilkan orang-orang yang ilmiah, qur'ani, dan berkakhlaqul karimah.